Manajemen
Wanita sebagai Single Parent dalam Membentuk Anak yang Berkualitas
Membentuk
anak yang berkualitas merupakan tugas dari semua orang tua, begitu pula dengan
single parent. Akan tetapi, ada beberapa hal khusus yang harus dilakukan oleh
single parent agar anaknya berkembang sama seperti anak-anak pada keluarga
lengkap. Hal tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Pengganti
Figur Orang Tua yang Hilang
Wanita sebagai
single parent harus mampu menjadi ibu bagi anak-anaknya sekaligus memenuhi
kebutuhan anaknya akan figure seorang ayah. Menjalankan dua peran tersebut
bukanlah hal yang mudah. Wajib hukumnya bagi ayah atau ibu yang menjadi orang
tua tunggal untuk tetap menghadirkan sosok ayah atau ibu yang tidak ada selama
membesarkan anak-anaknya.
2.
Alokasi
Waktu yang Efektif
Menjadi single
parent sebetulnya mempunyai sisi baik dari segi keleluasaan waktu yang
dimiliki. Ibu/Ayah, hanya berperan membesarkan anak, tidak ada suami/Istri yang
harus dilayani dan dimanja-manja,seperti ketika Ayah dan Ibu berada satu atap.
Dengan demikian seorang single parent memiliki kelebihan waktu.
Wanita sebagai
single parent yang menjalankan peran secara bersamaan harus memiliki manajemen
waktu yang efektif. Apabila ia berada di tempat kerja, maka ia harus
mengkonsentrasikan diri sepenuhnya pada pekerjaannya, dan sebaliknya, apabila
ia telah berada di rumah, maka ia harus mencurahkan seluruh perhatiannya
terutama pada anak-anaknya. Ia harus menemani anaknya makan, belajar, ataupun
membacakan dongeng sebelum tidur.
3.
Komunikasi
dengan Anak Harus Selalu Dijaga
Manusia sanggup
mencintai dan dicintai, ini adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian.
Kehangatan persahabatan, ketulusan kasih , dan penerimaan orang lain amat
dibutuhkan manusia. Anak sangat membutuhkan kasih dari kedua orang tuanya.
Kasih yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku anak yang kurang baik.
Anak akan menjadi agresif, kesepian, frustrasi, bahkan mungkin bunuh diri.
Kondisi seperti itu sangat rentan terjadi pada anak dengan kondisi keluarga
single parent. Maka orang tua perlu berkomunikasi dengan anak, agar dia tidak
merasa kesepian. Orang tua mendengarkan cerita anak, dan sebaliknya orang tua juga
menceritakan apa yang sedang dia alami. Jadikan anak sebagai sahabat, agar
masing-masing pihak saling mengerti dan memahami situasi yang dialami.
4.
Menerapkan
Disiplin
Penerapan
disiplin pada keluarga single parent menjadi lebih mudah dilaksanakan karena
hanya ada satu sumber komando dari Ibu atau Ayah saja. Pada kasus wanita
sebagai single parent, anak akan mendapatkan disiplin dari ibunya saja. Akan lebih
mudah untuk mengerti disiplin yang ditetapkan di keluarganya. Yang perlu
diperhatikan adalah, ibu harus menerapkan disiplin yang ada dengan tegas
sekaligus penuh kasih sayang. Selain itu, ibu perlu mengkomunikasikan disiplin
yang berlaku pada anggota keluarga lain yang membantunya menggantikan figur
seorang ayah bagi anaknya.
5.
Menjaga
Hubungan Interpersonal dengan Anak
Dalam keluarga
single parent, hubungan interpersonal antara orang tua dengan anak sangatlah
penting untuk dijaga. Menjaga hubungan interpersonal dengan anak dapat
dilakukan dengan menjaga komunikasi serta meluangkan waktu khusus bersama anak.
Hubungan antara anak dengan orang tua menjadi faktor penentu utama dalam
keberhasilan anak berperilaku prososial ketika berinteraksi di lingkungan
sosial yang lebih luas Oleh karena itu, hubungan yang terjalin dengan baik
antara orang tua dengan anak menentukan keberhasilan anak dalam menjalin
hubungan secara interpersonal dengan orang lain.
6.
Persepsi
Positif Terhadap Anak
Kadangkala
sebagian single parent, wanita merasa stress dengan beragam pekerjaan yang
menumpuk di kantor ditambah lagi dengan kerumitan permasalahan rumah tangga,
terutama yang berkaitan dengan anak yang rewel. Kondisi tersebut seringkali
menyebabkannya berpersepsi negatif (menganggap anak ini nakal, makannya rewel,
tidak menghargai waktu saya dan berbagai persepsi awal lainnya) terhadap anak
yang dapat menyebabkannya melakukan perbuatan kasar terhadap anak (seperti
mencubit, memukul, memarahi, dll).
Tanpa kita
sadari persepsi negatif mampu memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan
anak serta kepribadian anak pada masa dewasanya.
Persepsi mengarahkan tindakan kita. Tindakan kita akhirnya memicu reaksi dari anak. Reaksi dari anak akan memicu pemikiran tertentu. Pemikiran ini akan membentuk persepsi anak tentang dirinya sendiri. Akhirnya konsep diri anak terbentuk
Persepsi mengarahkan tindakan kita. Tindakan kita akhirnya memicu reaksi dari anak. Reaksi dari anak akan memicu pemikiran tertentu. Pemikiran ini akan membentuk persepsi anak tentang dirinya sendiri. Akhirnya konsep diri anak terbentuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar